Seputar kerajaan Majapahit

Situasi Ibukota Majapahit (kedua)

Majapahit Prana. Kepahaman manusia Majapahit terhadap tradisi dan aturan kasat mata yang dapat memperbaiki nilai kehidupannya membuat kerajaan ini semakin maju dan mencapai puncaknya saat kepemimpinan Prabu Hayam Wuruk (Sri Rajasanagara). Dengan didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Kerajaan Majapahit dapat menyatukan Nusantara dengan aliansi kerajaan-kerajaan yang tersebar jauh di luar pulau Jawa. Sepeninggal Prabu Hayamwuruk, ketamakan telah menyebabkan raja-raja selanjutnya menyurutkan binar Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini kemudian mengalami perpecahan mulai tahun  1400 M saat pemerintahan Raja Wikramawardhana, hingga menjelang datangnya penjajah Portugis dan Belanda ke Indonesia.

Kembali kepada bentuk-bentuk bangunan masa kerajaan Majapahit, sebenarnya ada beberapa bentuk bangunan yang memiliki ciri khas berbeda. Rumah hunian untuk masyarakat biasa, kebanyakan berdinding kayu dan bambu, sedangkan yang memiliki strata agak tinggi dapat memiliki rumah yang berdinding batu-bata merah.

Majapahit Prana

Berbeda dengan model rumah penduduk di atas, untuk strata masyarakat yang lebih tinggi, dapat memiliki rumah yang lebih permanen berbahan dasar batu bata dengan lantai yang lebih bagus, terbuat dari bahan terakota berbentuk segi-enam.

Berkaitan dengan bangunan permanen (berdinding batu-bata) ini, kakawin Negarakertagama menuturkannya di dalam pupuh VIII/5 sebagai berikut : " ...wesmarj(j) ajajar anhapit hawan anulwan i t(e)ngah ika tanjung anjrah as(e)kar ..."  yang artinya : " ...rumah bagus berjajar mengapit jalan ke Barat, disela tanjung berbunga lebat ...."

Bentuk-bentuk bangunan lainnya adalah berupa paseban yang didirikan di atas umpak-umpak batu, hal mana peninggalan umpak-umpak tersebut masih dapat kita temukan di beberapa tempat dengan lokasi yang terpisah cukup jauh.

Mengenai balai atau paseban ini kakawin Negarakertagama dalam pupuh VIII/6 menuturkan sebagai berikut : " ...kapwa wwesma subaddha watwan ika len balabag usuknya tan pacacadan ..." yang artinya : " ... semua balai bertulang kuat bertiang kokoh, papan rusuknya tiada tercela ...".

Majapahit Prana

Di samping bentuk-bentuk bangunan di atas, dalam kakawin Negarakertagama juga disebutkan bangunan berupa panggung-tinggi/panggung-luhur yang lantainya berlapis batu, putih-putih mengkilat (pupuh VIII/2), tempat tinggal wipra-utama tinggi bertingkat, menghadap panggung korban (pupuh VIII/4), panggung tempat berkeliaran para perwira (pupuh VIII/5).

Baca lanjutannya.

Tag : tata-letak
0 Komentar untuk "Situasi Ibukota Majapahit (kedua)"

Silahkan berkomentar, jaga tata krama dan kesusilaan, jangan menuliskan link hidup pada kotak komentar. Maaf bilamana terjadi keterlambatan balasan komentar anda

Back To Top