Seputar kerajaan Majapahit

Majapahit menguasai Nusantara itu benar.

Majapahit Prana. Ada pendapat baru tentang sejarah Majapahit. Pendapat yang menyatakan bahwasanya Majapahit tidak pernah menguasai daerah-daerah lain di Nusantara atau luar Jawa. Majapahit, menurut teori tersebut hanya meliputi wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Majapahit tidak pernah berkuasa di luar wilayah itu. Daerah-daerah atau negeri-negeri di luar Majapahit atau di luar wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah punya kedudukan sederajat dengan pihak kerajaan Majapahit.

Majapahit Prana
Mereka tidak tunduk pada kekuasaan Majapahit. Mereka adalah MITREKA SATATA Majapahit. Mitreka Satata artinya negeri sahabat yang memiliki kedudukan sejajar tidak menguasai dan tidak dikuasai. Teori atau pendapat itu diluncurkan oleh Prof Hasan Djafar, arkeolog dan epigrafi UI dan penulis buku Masa Akhir Majapahit : GIRINDRAWARDDHANA dan Masalahannya.
Tulisan yang mengulas pendapat Prof Hasan Djafar bahwa Majapahit tidak pernah menguasai nusantara telah lama beredar di dunia maya atau media digital. Beberapa media mainstream digital juga percaya begitu saja pendapat Prof Hasan Djafar. Dapat lihat di  http://www.antaranews.com/berita/187050/majapahit-tidak-menguasai-seluruh-usantara dan lainnya ada di http://regional.liputan6.com/read/2485464/baru-diketahui-majapahit tak-pernah-kuasai-nusantara. 

Seberapa jitu teori Prof Hasan Djafar yang menyatakan bahwa Majapahit tidak pernah menaklukkan negeri-negeri di luar pulau Jawa atau Nusantara?

Pada kesempatan ini akan kita cek kejituan teori dari Prof Hasan Djafar. Sebagaimana diketahui, beliau selama ini gencar kampanyekan pendapatnya di banyak kesempatan bahwa berita Majapahit pernah menguasai Nusantara adalah omong kosong.

“Itu omong kosong!” ujar Hasan, “tidak ada sumber yang mengatakan seperti itu.” Dia mengingatkan, kalau sejarah harus berdasarkan sumber berarti semuanya harus kembali ke sumber tertulisnya. “Wilayah Majapahit itu ada di Pulau Jawa―itu pun hanya― Jawa Timur dan Jawa Tengah.”

Meski dikenal sebagai kerajaan Hindu-Buddha yang terbesar, kenyataannya Majapahit tak pernah menguasai Nusantara. Hasan mengungkapkan dalam etimologi "menguasai" ada kesan seolah-olah ada daerah atau wilayah taklukan dan ada upeti yang disetorkan dari penguasa daerah kepada Raja Majapahit. Faktanya, kata Hasan, hubungan Majapahit dengan daerah-daerah sekitarnya bersifat "mitra satata" alias sahabat setara atau mitra dalam kedudukan yang sama tinggi.[Baca: Baru Diketahui, Majapahit Tak Pernah Kuasai Nusantara].

Prof Hasan Djafar berpendapat bahwa negeri-negeri atau kerajaan kerajaan di luar wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah kedudukannya adalah sebagai Mitreka Satata dengan Majapahit atau sebagai negeri sahabat yang tidak punya kewajiban mengirim upeti tiap tahun sebagai tanda takluk negara bawahan Majapahit.

Ternyata Prof Hasan Djafar telah keliru membaca atau memahami negeri-negeri Mitreka Satata Majapahit dalam Kakawin Negarakertagama.

Berdasarkan Kakawin Negarakertagama, yang merupakan negeri-negeri Mitreka Satata Majapahit adalah negeri-negeri asing yang berada di luar Indonesia sekarang. Jaman Majapahit, negeri-negeri yang termasuk sebagai Mitreka Satata Majapahit adalah negeri-negeri yang berada di luar zona wilayah Nusantara kekuasaan Majapahit.

Negeri-negeri Mitreka Satata Majapahit, menurut Kakawin Negarakertagama antaranya negeri-negeri asing seperti Siam, Campa, Kamboja, Yawana.

Negeri Tiongkok tidak ditulis sebagai salah satu negeri Mitreka Satata Majapahit. Ini menunjukkan pada tahun 1365M, tahun selesainya penulisan kakawin negarakertagama oleh Prapanca, Negeri Tiongkok yang waktu itu masih dalam kekuasaan Dinasti Yuan, tidak dianggap sebagai negeri sahabat.

Pada faktanya memang sekitar tahun itu, pernah terjadi perselisihan di sekitar perairan Malaka antara armada perang Majapahit dengan pihak negeri Tiongkok. Itu terjadi paska wafatnya Adityawarman maharaja Pagaruyung Malayu. Dalam perkembangannya, sekitar jaman Laksamana Cheng Ho, kemungkinan besar negeri Tiongkok Dinasti Ming masuk sebagai salah satu Mitreka Satata Majapahit. Jaman pemerintahan Maharani Sri Suhita, bahkan ada mahaduta Tiongkok yang ditempatkan di kotaraja Majapahit.

Demikian sekilas soal Mitreka Satata atau negeri-negeri sahabat Majapahit. Istilah Mitreka Satata yang dipakai Prof Hasan Djafar jelas mengambil dari kakawin Negarakertagama atau Desawarnnana.

Negarakertagama wirama 13-16, menurut Prof I Ketut Riana, menguraikan wilayah jajahan serta negara sahabat yang berhubungan dengan Majapahit. Jadi ada negara negara sahabat dan ada negara negara jajahan Majapahit. Mitreka Satata adalah negara negara sahabat Majapahit yang punya kedudukan sederajat tidak punya kewajiban kirim upeti rutin tiap tahun sebagai tanda takluk kepada Majapahit.

Ini berbeda dengan negara negara jajahan Majapahit yang punya kewajiban kirim upeti rutin tiap tahun dalam pisowanan agung sebagai tanda takluk kepada Majapahit. Negara negara jajahan Majapahit diuraikan lengkap dan terperinci dalam Kakawin Negarakertagama. Demikian pula negara negara asing yang menjadi sahabat atau Mitreka Satata Majapahit.

Negara negara sahabat atau Mitreka Satata Majapahit diuraikan dalam wirama 15 Kakawin Negarakertagama.

nahan lwirning desantara kacaya de sri narapati, tuhun tang syangkayodhya pura kimutang dharma nagari marutma mwang ring raja pura nguniweh sangha nagari ri campa kambhoja nyati yawana MITREKA SATATA

Terjemahan Prof I Ketut Riana dalam buku Kakawin Desa Warnnana uthawi Nagara Krtagama:

inilah negara asing yang berhubungan dengan baginda raja ternyata negeri siya [siam] Ayodia pura, begitu pula dharma nagari marutma, dan rajapura terutama sangha nagari campa, kambhoja, dan yawana selalu bersahabat.

Berdasarkan berita Kakawin Negarakertagama terdapat 8 negeri yang termasuk Mitreka Satata Majapahit yaitu: Siam/Syangka, Darmanegara, Martaban/Birma/Myanmar, Rajapura, Singanagari, Campa, Kamboja, dan Jawana/Annam.

Negeri-negeri yang termasuk Mitreka Satata atau sahabat Majapahit jelas tidak punya kewajiban sowan dan kirim upeti rutin tiap tahun ke Majapahit.

Kalau soal bertukar hadiah antara Majapahit dengan negeri-negeri sahabat sudah barang tentu kerap dilakukan sebagai tanda persahabatan.

Yang pasti, hadiah berbeda dengan upeti. Hadiah sifatnya tidak wajib, sedang upeti sifatnya wajib.

Jadi saya juga heran ketika prof Hasan Djafar menyamakan kedudukan hadiah dengan upeti yang berlaku pada jaman Majapahit.

Sebenarnya ada beberapa sumber selain kakawin Negarakertagama yang dapat digunakan untuk menyanggah pendapat Prof. Hasan Djafar.

Berita berita keberadaan Majapahit muncul dalam beberapa naskah lokal nusantara seperti dalam Sajarah Malayu atau Hikayat Banjar. [Sekilas Hikayat Banjar dapat lihat http://www.siwisangnusantara.web.id/2016/02/hikayat-banjar.html]

Soal kenapa sampai sekarang belum ada kabar penemuan prasasti bertanda lanchana maharaja Majapahit di beberapa daerah Nusantara atau luar Jawa, perlu pembahasan dan kajian lanjut. Saya berpendapat, hal itu, tidak adanya prasasti seperti prasasti yang berisi anugerah sima perdikan, di luar Jawa, lebih karena daerah daerah atau negeri-negeri bawahan Majapahit di Nusantara tetap berhak mengatur urusan rumah tangganya sendiri, masih berhak mengelola tata pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan lebih jauh dari pihak Majapahit sebagai kerajaan Induk.

Hampir semua prasasti yang dikeluarkan raja Majapahit yang sebagian banyak berupa prasasti anugerah sima perdikan, diberikan kepada daerah daerah di zona keraton yang ditempati seorang Bhre atau di keraton yang dipimpin keluarga Raja Majapahit. Dan itu berada di Jatim dan Jateng.

Negeri Palembang pernah dipimpin Arya Damar, seorang anggota keluarga raja Majapahit. Semestinya di sana ada temuan prasasti bertanda lanchana Raja Majapahit.

Meski belum ada temuan prasasti atas nama raja Majapahit di Palembang, keberadaan tokoh bernama Arya Damar atau Aria Abdilah di Palembang, menunjukkan bahwa Majapahit tidak sekadar berkuasa di Jatim dan Jateng. Ketika negeri-negeri lain di pulau Sumatera melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit, Negeri Palembang diriwayatkan masih setia terhadap Majapahit.

ADA satu lagi data sejarah yang menunjukkan bahwa Majapahit tidak sekadar berkuasa di Jatim dan Jateng, yaitu prasasti Waringin Pitu yang dikeluarkan maharaja Majapahit Wijaya Parakrama Wardhana dyah Kertawijaya tahun 1447M. Dalam prasasti ini menyebutkan satu kerajaan bawahan Majapahit yang ditempati seorang anggota keluarga raja Majapahit bernama Manggalawardhani dyah Suragharini.

Permaisuri Sang Sinagara Rajasawardhana dyah Wijaya Kumara ini berkuasa di keraton Tanjungpura dan dikenal sebagai ratu Tanjungpura I. Dalam buku GIRINDRA:Pararaja Tumapel-Majapahit, saya mengidentifikasi bahwa Tanjungpura adalah daerah di pulau Kalimantan. Pada jaman kerajaan Singasari, daerah ini bernama Bakulapura.

Kiranya data data berita yang saya tampilkan ini dapat membuka pemandangan beliau Prof Hasan Djafar tentang kesejarahan Majapahit.

Jaman Majapahit akhir [sekitar tahun 1464M-1527M] wilayah kekuasaan Majapahit memang sudah ciut, hanya di Jatim dan sebagian Jateng.

Tapi Majapahit pernah menguasai Nusantara, bukanlah omong kosong.

Lanjutkan pada artikel berikutnya.

Tag : informasi
2 Komentar untuk "Majapahit menguasai Nusantara itu benar."

Memang benar, Majapahit pernah menguasai Nusantara .... dan hal ini tidak dapat disangkal lagi.

Majapahit memang penguasa Nusantara di era abad 14

Silahkan berkomentar, jaga tata krama dan kesusilaan, jangan menuliskan link hidup pada kotak komentar. Maaf bilamana terjadi keterlambatan balasan komentar anda

Back To Top